SEJARAH IKAN KOI
budaya abad lampau
menurut sejarahnya, orang cina-lah yang per-tama kali menernakkan ikan
karper, yaitu sekitar tahun 1300-an. Jika kemudian diberitakan koi mulai
ngetop dan diklaim sebagai "produk" jepang tentu ada alasannya.
Pusat pembenihan koi di jepang terdapat di daerah pegunungan ojiya,
niigata. Daerah ini ter-kenal sebagai penghasil karper, karena penduduk
di ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim
panas. Pada waktu mu-sim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena
daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca men-jadi dingin, karper
tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati
musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk ojiya.
Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh
strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik
awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan
strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkan-lah
kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 shiroutsiiri (putih
dan hitam) dan kinutsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai
tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.
Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika
pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua
dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa
sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak
lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon (emas).
Pada tahun 1904, jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap
dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada
jepang. Mereka lantas menernakkan koi jerman ini dengan tipe sisik
standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi
pada sisik koi. Jika koi warna-warni jepang dikenal sebagai nishikigoi,
maka koi jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi jerman). Dalam
bahasa jepang, nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna,
sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya nishikigoi
yang akhirnya populer dengan nama koi.
Tanda cinta sang kaisar
majalah tropical fish hobbiest edisi september 1988, memuat tentang
asal-usul kata nishikigoi. Menurut sejarah cina, ketika anak laki-laki
tertua dari kong-zi lahir pada 533 sm, penguasa kerajaan lu memberinya
ikan sebagai hadiah ulang tahun. Ikan itu konon yang kita sebut koi
sekarang ini. Kata koi, menurut cara penulisan jepang, memang bisa
menimbulkan dua makna yang berbeda. Makna pertama adalah ikan, sedang
makna kedua adalah menjadi murni atau sempurna. Dari kedua makna ini,
koi bisa diartikan sebagai ikan yang mempunyai garis rapi dan teratur
pada sisik di badannya. Dengan lain perkataan, koi merupakan ikan yang
benar-benar sangat menguntungkan dan sangat ideal untuk seni.
Cina ternyata mempunyai buku, yang diper-caya sebagai buku pertama dan
tertua yang mengu-pas tentang koi, yang bernama yogyokyo. Tata cara
pembudidayaan koi, dan semua jenis koi dikupas dalam buku tersebut.
Dalam buku tersebut diurai-kan juga tentang koi yang berwarna-warni
seperti merah, biru, hitam, putih, dan kuning.
Dengan kata lain terdapat rahasia yang masih tersimpan dalam buku koi
yang ditulis orang jepang, seperti hitachi-fudoki atau nishonshoki.
Dalam bahasa jepang antara carp dan love (cinta) mempunyai cara
pengucapan yang sama -koi! Dalam buku nishonshoki terdapat cerita yang
menarik ten-tang kata koi ini. Ketika kaisar kejkou pergi ke pro-pinsi
mino pada februari 94, ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak
perempuan pange-ran yasakairihiko otohime. Ketika mendengar ke-inginan
kaisar kejkou, sang putri menolak dan lari masuk ke dalam hutan. Namun
kaisar kejkou tidak kekurangan akal, untuk menarik perhatian pujaan
hatinya, ia mengambil ikan yang baru didatangkan dari cina yang ada di
kolam penginapannya dan mengadakan jamuan makan ikan. Anehnya sang putri
yang semula menolak akhirnya keluar hutan dan menemui dia. Mereka
saling jatuh cinta yang dalam bahasa jepang disebut koi. Dari cerita ini
orang lantas menyebut koi untuk ikan yang dipakai sang kaisar guna
memikat pujaan hatinya.
Bagaimana dengan nama nishikigoi, adakah cerita yang menarik sebelum
nama itu melekat dan dikenal untuk menyebut karper warna-warni ini? Dulu
orang menyebut koi dengan nama yang ber-beda-beda, misalnya saja
mayogoi (karper yang berpola bagus), hanagoi (karper kembang), echigo no
kawarigoi (karper unik dari echigo), irogoi (karper warna), dan
madarigoi (karper totol). Adalah kei-abe, teknisi di pusat penelitian
perikanan niiga-ta yang meneliti dan mengembangkan koi, memberi-nya nama
ketika pertama kali taisho sanshoku di-produksi di takezawa-mura pada
tahun 1918. Pada waktu itu nama ini tidak populer di kalangan
masya-rakat.
Ada dua versi yang dipercaya sebagai asal-muasal kata nishikigoi dikenal
luas. Pertama, kata ini mulai dikenal ketika seorang kapten singgah di
pusat pembenihan koi setelah usai perang dunia kedua. Saking laparnya ia
minta irogoi (karper warna) untuk mengisi perutnya, yang kemudian
di-bingungkan dengan kata irokoi yang dalam bahasa jepang mengandung
makna nafsu seksual. Dari sini kemungkinan kata nishikigoi mulai dikenal
luas. Cerita kedua adalah ketika francis burgoa, kepala markas besar
tentara sekutu mengadakan peninjau-an di pusat pembenihan koi di
yamakoshi setelah perang dunia kedua. Sejak saat itu kemungkinan kata
nishikigoi mulai populer. Dan tentunya kata nishikigoi hanya untuk
menyebut ikan yang ber-warna-warni dan bukannya yang satu warna.
SEJARAH IKAN KOI DI INDONESIA
Asal mula sejarah masuknya ikan Koi Indonesia. Asal mula sejarah
masuknya ikan Koi Indonesia. Sebagaimana yang telah diketahui dari
sejarah ikan Koi (yang telah dijelaskan pada postingan sebelumnya) bahwa
ikan Koi ini berasal dari Jepang. Memiliki nama asli Nishikigoi
(Cyprinus Carpadie dalam bahasa latin) yang memiliki arti ikan yang
berwarna-warni. Nama Goi sendiri artinya ikan Karper. Di Indonesia, nama
Goi berubah menjadi Koi yang diambil dari bahasa Cina. Terdapat beberapa versi masuknya koi ke Indonesia antara lain :
1. Ikan Koi masuk ke Indonesia dibawa oleh kaisar Akihito sebagai
cinderamata yang diberikan kepada presiden Soeharto pada tahun 1991.
Cinderamata ini diberikan karena 29 tahun sebelumnya sekitar tahun 1962,
Akihito yang saat itu masih sebagai pangeran, mengunjungi Indonesia dan
mampir ke Bogor, disana dia dan putri Michoko melihat ikan Emas dan
berkeinginan untuk menyilangkan ikan Emas tersebut dengan ikan Karper.
Hasil persilangan ini menghasilkan campuran corak warna yang lebih
menarik pada tubuh ikan Koi. Sebagai rasa terima kasih, kaisar Akihito
membawakan kembali hasil persilangan ikan Koi dengan ikan Emas tersebut
ke Indonesia.
2. Ada juga versi yang lainnya, bahwa koi diperkirakan masuk ke
Indonesia dalam kurun waktu 1981-1982, dibawa oleh Hani Moniaga, seorang
hobiis yang tinggal di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Hani Moniaga kemudian mengembangkan peternakan koi di Cipanas yang
diberi nama Leon dan Leony. Koi pertama itu panjangnya sekitar 90-100
cm, berumur 50-75 tahun.
SUMBER